WARTALIKA.id – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menegaskan untuk tidak melibatkan anak-anak dari aktifitas yang mengancam jiwa mereka seperti kasus kejadian ritual tolak bala Kelompok Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Dimana dalam peristiwa tersebut menelan satu korban jiwa anak berusia 13 tahun dari 11 orang yang meninggal dunia terbawa arus.
“Tentu ini sangat disesalkan, padahal anak-anak belum matang dan memahami sebab dan akibatnya, karena anak masih mengikuti keinginan orang dewasa,” kata Kadivwasmonev KPAI, Jasra Putra dalam keterangannya kepada WARTALIKA.id, Selasa (15/2/2022).
Atas insiden itu, KPAI juga menyampaikan bela sungkawa, dan menyesali ritual tolak bala yang diikuti tiga orang anak hingga mengancam jiwa mereka. Diantaranya satu orang meninggal dunia berumur 13 tahun dan dua anak yang selamat berusia 17 tahun dan 2 tahun.
“Bagaimanapun anak- anak tidak sekuat orang dewasa. Tidak seharusnya anak berada di bawah bahaya, apalagi hanya alasan sebuah ritual di kawasan pantai memiliki ombak yang sewaktu waktu dapat mengancam jiwa,” ujar Jasra.
Kendati demikian, Jasra meminta Pemerintahan setempat diharapkan turut ikut mengawasi ritual yang melibatkan anak- anak. Apalagi ritual ini dikabarkan sudah berlangsung lama.
“Ada kemungkinan ritual ini telah dilaksanakan berulang kali. Apa yang mereka lakukan bisa terancam pidana jika mengancam keselamatan jiwa anak,” jelas dia.
Jasra mengaku, KPAI juga sering mengingatkan diberbagai ajang yang melibatkan anak-anak, seperti ketika anak-anak berada dalam lautan massa, aksi demontrasi, lingkungan kawasan limbah industri, wilayah pertambangan dan sekarang ritual tolak bala.
“Saya juga menghimbau, di tahun politik ini, bisa menahan diri untuk tidak melibatkan anak-anak, belajar dari pelibatan anak-anak di masa lalu, karena bisa menjadi peristiwa trauma dan sangat kelam untuk anak-anak, karena kondisi sewaktu waktu yang tidak bisa di kontrol,” tuturnya.
Apalagi menurut Jasra, dengan melibatkan anak sampai korban meninggal dunia, seperti kasus ritual tolak bala Tunggal Jati Nusantara di pantai Jember ini.
“Tentu sesuatu yang sangat disayangkan, karena sangat bisa di cegah kita semua,” imbuhnya.