Sementara itu, Direktur Teknologi Informasi dan Kerja Sama Pemasyarakatan, Maulidi Hilal, turut mengapresiasi program pembinaan yang dilakukan di Lapas Cipinang. “Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa sistem pemasyarakatan Indonesia semakin progresif dan berorientasi pada pemberdayaan. Produk seperti batik ini tidak hanya membekali warga binaan dengan keterampilan, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang dapat mereka manfaatkan setelah bebas,” ungkapnya.

Bagi warga binaan, kesempatan ini menjadi motivasi besar untuk terus berkarya. Danil Ismanto, salah satu peserta program membatik, mengungkapkan rasa syukur dan bangganya.

“Saya tidak menyangka bahwa batik yang saya dan teman-teman buat bisa dikenakan di acara besar seperti ini. Ini menjadi penyemangat bagi kami untuk terus belajar dan membuktikan bahwa kami bisa berubah menjadi lebih baik,” katanya.

Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, semakin memperkuat program pembinaan berbasis keterampilan dan kewirausahaan di Lapas Cipinang.

Batik yang dikenakan dalam ARCC 2025 ini bukan sekadar busana, tetapi simbol transformasi, rehabilitasi, dan harapan. Ke depan, diharapkan program serupa terus berkembang, memberikan manfaat lebih luas bagi warga binaan, serta memperkokoh posisi Indonesia sebagai pelopor reformasi pemasyarakatan di tingkat internasional.