WARTALIKA.id – Tahun baru Islam di Indonesia akan jatuh pada Minggu, 7 Juli 2024(1 Muharram 1446 H), dalam sejarahnya, tahun Baru Islam berkaitan dengan peristiwa di tahun 622 M, ketika Nabi Muhammad dan para pengikutnya bermigrasi secara rahasia dari Makkah ke Madinah. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan hijrah.
Pada tahun 639 M, Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua melembagakan kalender sebagai upaya mengatur kehidupan tradisi Islam. Sejak saat ini, Muharram menjadi bulan pertama dalam kalender Islam dan ikut dirayakan setiap tahunnya oleh umat muslim.
Di berbagai negara dunia, Tahun Baru Islam dirayakan dengan meriah melalui berbagai tradisi. Sesuai tradisi di negaranya, di Indonesia umat muslim mengadakan kegiatan untuk meriahkan 1 Muharram.
Khusus di negara Indonesia,
Sebagai negara dengan populasi umat muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki berbagai tradisi unik dalam perayaan tahun baru Islam.
Pertama, yakni Pawai Obor, di mana tradisi Tahun Baru Islam ini biasanya dilakukan oleh masyarakat di desa ataupun kota besar. Dalam tradisi ini, masyarakat dari anak-anak hingga orang dewasa berkeliling memegang obor sambil melantunkan sholawat sepanjang jalan.
Kedua, yakni Bubur Suro, sebuah upacara yang biasanya ditemukan di budaya Jawa Barat dan beberapa daerah di Jawa Tengah. Upacara ini dilakukan dengan menyajikan bubur merah dan bubur putih yang disantap bersama-sama.
Ketiga, Kirab Kebo, biasanya dilakukan di Keraton Surakarta. Pada malam satu suro kerbau diarak keliling kota yang diikuti oleh keluarga keraton.
Memaknai datangnya Tahun Baru Islam 2024 dalam beberapa jam lagi bisa dilakukan dengan mengetahui sejarah 1 Muharram. Adapun sejarah 1 Muharram tersebut berkaitan dengan awal mula penanggalan kalender Hijriyah.
Tahun Baru Islam 2024 atau 1 Muharram 1446 H akan jatuh pada 7 Juli 2024. Namun, apabila mengacu pada kalender Hijriyah, umat Islam akan memasuki 1 Muharram 1446 H mulai malam ini 6 Juli 2024. Sebagai salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT, Muharram memiliki sejumlah kemuliaan dan sejarah panjang yang berkaitan dengan awal mula penanggalan Hijriyah.
Berikut ini sejarah 1 Muharram dan keutamaannya dikutip dari laman resmi MUI.
Sejarah 1 Muharram: Awal Mula Penanggalan Hijriyah
Sejarah 1 Muharram adalah tanda peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 masehi. Kata Muharram memiliki arti ‘dilarang’. Maksudnya adalah sebelum ajaran Islam datang, bulan Muharram telah dikenal sebagai bulan yang dimuliakan oleh masyarakat Arab Jahiliyah.
Dalam kitab Fathul-Baari, Ibnu Hajar menjelaskan asal muasal lahirnya penanggalan Hijriyah.
Sejarah kalender Islam diawali ketika Gubernur Abu Musa Al-Asyari mengirimkan surat kepada Khalifah Umar Bin Khattab pada tahun 17 Hijriyah yang mengungkapkan kebingungannya perihal surat yang tidak memiliki tahun.
Pada masa itu umat Islam masih mengadopsi peradaban Arab pra-Islam dalam menggunakan penanggalan, yaitu menuliskan sebatas bulan dan tanggal tanpa tahun di dalamnya. Maka hal itu menyulitkan Gubernur saat melakukan pengarsipan dokumen. Melalui keresahan tersebut, kemudian muncul gagasan awal untuk menetapkan kalender Islam.
Menindaklanjuti surat dari Abu Musa al-Asy’ari, Khalifah Umar mengundang Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf RA, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam RA, Sa’ad bin Waqqas, serta Thalhah bin Ubaidillah sebagai tim yang bertugas penyusunan kalender Islam.
Usulan pertama, yaitu kalender Islam dimulai di tahun Gajah di mana waktu kelahiran Nabi. Kemudian, ada pula usul tahun wafatnya Nabi dan tahun pengangkatan Rasul, hingga opsi di tahun hijrahnya Rasulullah ke Madinah.
Usulan keempat yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib lah yang disepakati sebagai awal tahun Islam, yaitu ditandai dengan peristiwa hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah. Pendapat tersebut, dianggap sebagai peristiwa besar bagi Islam yang mana hijrah merupakan simbol perpindahan masa jahiliyah ke masyarakat madani.
Saat keputusan awal tahun telah disepakati, pembahasan selanjutnya adalah bulan pertama yang mengawali tahun Islam. Kemudian, muncul usulan bulan Rabi’ al-Awwal diajukan sebagai awal bulan untuk memulai tahun. Hal ini dikarenakan Rasulullah hijrah pada bulan tersebut.
Namun, usulan ini ditolak. Khalifah Umar justru memilih bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam susunan tahun Hijriyah. Pendapat ini didukung pula oleh Utsman bin Affan. Alasannya, bulan Muharram merupakan awal dimulainya hijrah, meskipun hijrah dilakukan di bulan Rabi’ al-Awwal.
Khalifah Umar mengatakan, wacana hijrah dimulai setelah beberapa sahabat membaiat Nabi, yang dilaksanakan pada penghujung bulan Dzulhijjah. Adapun bulan yang muncul setelah Dzulhijjah yaitu bulan Muharram.
Oleh sebab itu, Muharram dipilih serta disepakati menjadi bulan pembuka dalam tahun Hijriyah.
1. Muharram sebagai Salah Satu Bulan Mulia
Muharram adalah bulan yang dimuliakan, bahkan sebelum datangnya Islam. Sebab, pada bulan ini terdapat larangan untuk melakukan perbuatan zalim baik untuk diri sendiri maupun orang lain, seperti peperangan.
Dilarangnya tumpah darah pada bulan ini merupakan hukum adat masyarakat Arab Jahiliyah yang tak tertulis serta berlaku sejak lama.
Penjelasan mengenai Muharram sebagai bulan mulia tersirat dalam firman Allah surah at-Taubah: 36.
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗ…
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram…..”
Adapun empat bulan haram (mulia) sebagaimana yang dijelaskan oleh at-Thabari dalam tafsirnya yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
2. Anjuran Puasa Tasu’a dan Asyura di Bulan Muharram
Salah satu keutamaan bulan Muharram adalah adanya anjuran untuk puasa Tasu’a dan Asyura. Sebagaimana yang dikutip dalam hadis riwayat Imam Muslim:
“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, Muharram.” (HR. Muslim)
Adapun anjuran berpuasa dua hari dalam bulan Muharram berdasarkan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Abbas ra.
“Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan menyuruh para Sahabatnya juga berpuasa, maka mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah SAW, hari Asyura itu hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Maka Rasulullah SAW bersabda: ‘Kalau demikian, Insya Allah tahun depan kita berpuasa pada hari yang kesembilan.” (HR. Muslim dan Abu Dawud).
Demikianlah sejarah 1 Muharram yang ditandai dengan peristiwa awal mula adanya penanggalan Hijriyah dilengkapi dengan keutamaan bulan Muharram.
Sumber: Laman resmi MUI dan Buku Sejarah Islam
WARTALIKA.id - Ada pemandangan berbeda saat pelaksanaan apel gabungan patroli skala besar bersama Forkopimko Jakarta Barat di Lapangan Polres Metro… Baca selengkapnya
WARTALIKA.id - Setelah melalui proses advokasi dan mediasi yang difasilitasi oleh Tim Advokasi Jabar Istimewa KDM, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI… Baca selengkapnya
WARTALIKA.id - Aksi humanis kembali ditunjukkan anggota Satuan Lalu Lintas Polres Metro Jakarta Barat saat membantu dua pengendara sepeda motor… Baca selengkapnya
WARTALIKA.id - Dalam rangka menyikapi tingginya aktivitas masyarakat pada jam sibuk pagi, yang kerap menimbulkan kemacetan dan potensi kerawanan lalu… Baca selengkapnya
WARTALIKA.id - Sebuah rumah tinggal di Jalan Menvo No. 33, Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat, dilalap api pada Selasa (2/9/2025)… Baca selengkapnya
WARTALIKA.id - Beredar video di medsos dan di grup sebuah video demonstrasi yang menunjukkan kekompakan warga Wonokromo dan anggota Polsek… Baca selengkapnya