WARTALIKA.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkampanyekan anti tembakau menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada 31 Mei. Bertajuk ‘Tobacco is Killing Us and Our Planet’ atau ‘tembakau membunuh kita dan lingkungan’.
WHO mengajak kita semua untuk meningkatkan kesadaran akan efek berbahaya dari penggunaan tembakau dan paparan asap rokok terhadap kesehatan juga lingkungan.
Penggunaan tembakau dan paparan asap rokok dapat berdampak terhadap kesehatan juga lingkungan. Merokok menjadi salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK).
Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia Esti Nurjadin dalam keterangan resmi mengatakan untuk mengakhiri epidemi tembakau dibutuhkan komitmen dari setiap individu dan kita bisa memulainya dari diri kita sendiri.
“Industri tembakau sangat menghambat Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang berkaitan dengan kesehatan dan lingkungan. Selain itu, pemerintah perlu mengambil langkah serius terhadap kampanye marketing tembakau dan segala produknya, untuk meningkatkan kesehatan dan melestarikan lingkungan kita,” katanya, Senin (30/5/2022) dikutip dari Antara.
Sementara laporan dari WHO menyebutkan bahwa tembakau membunuh lebih dari 8 juta orang setiap tahun, termasuk 1,2 juta non-perokok sebagai akibat dari paparan tangan kedua. Efek tembakau pada kesehatan, serta hubungannya dengan berbagai macam penyakit, telah diketahui dengan baik.
Sebagai penyebab utama penyakit jantung, tembakau menyumbang sekitar 17 persen dari semua kematian akibat penyakit kardiovaskular. Tembakau memicu 21 persen atau seperlima dari semua kematian akibat penyakit jantung koroner.
Namun, menurut Esti, dampak tembakau terhadap lingkungan tetap menjadi fakta yang kurang diketahui oleh banyak orang. Selama beberapa dekade, industri tembakau telah berusaha untuk membersihkan reputasinya dan menggambarkan dirinya sebagai industri yang ramah lingkungan.
“Meskipun demikian, banyak sekali bukti menunjukkan bahwa tembakau membahayakan lingkungan di sepanjang siklus hidupnya, mulai dari proses penanaman, produksi, distribusi, konsumsi, dan limbah pasca produksi olahan tembakau itu sendiri,” ungkap Esti.
Padahal, lanjutnya, selain berefek buruk bagi kesehatan, produksi, distribusi, dan konsumsi rokok berdampak langsung terhadap polusi udara, emisi karbon, perubahan iklim, penggundulan hutan, dan sumber daya alam berharga lainnya yang terbatas. Secara khusus, polusi udara secara luas diakui sebagai faktor risiko utama penyakit jantung, serta risiko kesehatan lingkungan terbesar di dunia.
“Bukti menunjukkan bahwa sekitar 25 persen dari semua kematian akibat penyakit kardiovaskular dan 24 persen dari semua kematian akibat stroke disebabkan oleh polusi udara,” jelasnya.
“Dengan mengatakan ‘tidak’ pada produk tembakau, kita sudah mengatakan ‘tidak’ pada berbagai masalah dalam hidup kita. Jangan menyerah pada kebiasaan baik ini, Karena tembakau berpotensi merusak masa kini, masa depan kita, dan juga lingkungan di sekitar kita,” tutup Esti. (JP)