Revitalisasi Kota Tua: Antara Harapan Menuju Kota Global dan Kekhawatiran Hilangnya Identitas
WARTALIKA.id – Revitalisasi dan penataan Kota Tua Jakarta yang telah rampung pada tahun 2022 di bawah kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan meninggalkan harapan besar bagi warga dan wisatawan. Namun, di balik ambisi menjadikan Kota Tua sebagai kota global dan berbudaya, muncul kekhawatiran akan hilangnya identitas dan memori sejarah kawasan tersebut.
Warga Kota Tua, seperti Hari, yang telah tumbuh besar dengan pemandangan jalan-jalan alternatif dan gedung-gedung tua bersejarah, sangat berharap agar keaslian kawasan ini terus dilestarikan. “Wisatawan lokal maupun mancanegara saat berkunjung ke Kota Tua pasti punya tujuan yang sama, ingin melihat keaslian identitas Kota Tua,” ujarnya.
Kini, beberapa jalan alternatif yang dulunya memiliki fungsi historis, seperti Jalan Ketumbar, Jalan Poskota, Jalan Lada, Jalan Pintu Besar Utara, dan Jalan Kali Besar Timur, telah diubah menjadi area pedestrian. Jalan-jalan ini diduga telah ada sejak zaman VOC, bahkan sejak masa Jayakarta (sebelum 1619). Sayangnya, fungsi historis jalan-jalan ini kini hilang, bahkan nama jalannya pun tidak lagi terpasang atau tidak ada informasinya.
Suara dari Penggiat Sejarah
Firman, seorang tokoh penggiat sejarah Kota Tua, dalam wawancara dengan awak media PokjawarKotu pada Minggu (22/6/2025) di Jalan Lada, Fatahillah, mengungkapkan dukungannya terhadap program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menuju Kota Global dan Berbudaya 2029. Namun, ia menekankan pentingnya menjaga identitas dan memori sejarah Kota Tua.
“Apapun yang menjadi program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kita semua mendukung, tetapi sesuai tema di Hari Jadi Kota Jakarta ke-498, Kota Global dan Berbudaya, sejatinya penataan Kota Tua jangan sampai menghilangkan identitas keaslian dan memori sejarah Kota Tua itu sendiri,” terang Firman.
Ia menambahkan bahwa Kota Tua adalah miniatur Indonesia, simbol keberagaman yang menyimpan sejarah berbagai etnis dan budaya, mulai dari era Jayakarta hingga Batavia. Kawasan pelabuhan Kota Tua, sejak zaman kerajaan hingga era Portugis dan Belanda, telah menjadi tempat tinggal berbagai etnis seperti Cina, India, Arab, Eropa, dan berbagai suku di Indonesia.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawan dan sejarahnya,” imbuh Firman.
Harapan untuk Masa Depan
Firman berharap besar agar revitalisasi dan penataan Kota Tua melibatkan Kementerian Pariwisata, Sejarah, dan Kebudayaan serta Cagar Budaya. Ia mendesak agar gedung-gedung bersejarah dijadikan memori kolektif dan pusat edukasi sejarah serta kearifan bangsa, bukan justru dihilangkan fungsinya.
Pesan terakhir Firman untuk Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta adalah agar penataan kawasan cagar budaya dan wisata sejarah Kota Tua benar-benar sesuai dengan tema HUT ke-498 Kota Jakarta, yaitu Kota Global dan Berbudaya, yang senantiasa menjaga dan melestarikan warisan sejarahnya.
Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook