Indonesia 2024: Meniti Kemajuan di Tengah Rengkuhan Tantangan
Pendahuluan Indonesia, dengan pilar potensi ekonomi yang mengagumkan, tetap mampu berdiri teguh di hadapan terpaan tantangan eksternal dan domestik yang merayapi laju pertumbuhan ekonominya. Tahun 2023 menyaksikan perubahan mendalam dalam peta ekonomi Indonesia, dan kini, sorotan terfokus pada proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2024. Sebagai bagian tak terpisahkan dari panggung global, Indonesia merasakan getaran dampak perlambatan permintaan global sebagai ujian utama di tahun 2024. Tantangan tersebut terbentang luas, mulai dari ketidakpastian ekonomi global, perubahan kebijakan perdagangan, hingga gejolak ekonomi di beberapa negara yang menjadi destinasi ekspor utama Indonesia. Artikel ini akan menyelisik setiap tantangan eksternal dan domestik dengan cermat, dan menelusuri berbagai upaya yang dapat ditempuh untuk meraih kemajuan dalam sentuhan dinamika global.
Tantangan Ekonomi Global
Tantangan ekonomi global pada tahun 2024 dapat dirangkum ke dalam beberapa aspek utama. Pertama, melemahnya permintaan global menjadi tantangan utama yang dihadapi Indonesia. Ketidakpastian ekonomi global, perubahan kebijakan perdagangan, dan gejolak ekonomi di beberapa negara berpotensi mengurangi permintaan terhadap ekspor Indonesia, yang dapat berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi nasional dan performa sektor ekspor.
Selanjutnya, ketidakpastian terkait kebijakan moneter global menjadi perhatian serius. Perubahan dalam kebijakan moneter oleh bank sentral utama, terutama Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat, menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global. Kenaikan suku bunga atau pengurangan stimulus moneter dapat berdampak pada arus modal dan nilai tukar mata uang, termasuk mata uang Rupiah. Fluktuasi mata uang ini, pada gilirannya, dapat memengaruhi daya saing ekspor, inflasi, dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Selain itu, ketegangan dalam perdagangan internasional, seperti konflik tarif antara negara-negara besar, juga menjadi salah satu tantangan signifikan. Ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan dapat mempengaruhi prospek ekspor Indonesia dan menghambat pertumbuhan ekonomi negara.
Volatilitas harga komoditas merupakan faktor lain yang dapat menghadirkan tantangan bagi ekonomi Indonesia. Perubahan harga minyak, batu bara, logam, dan komoditas ekspor lainnya dapat berdampak pada pendapatan negara, neraca perdagangan, dan performa sektor komoditas.
Terakhir, potensi krisis keuangan global juga menjadi risiko yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor seperti ketidakseimbangan utang, gelembung aset, atau ketidakstabilan sistem keuangan global dapat berdampak negatif pada perekonomian Indonesia. Krisis keuangan global akan memengaruhi aliran modal, suku bunga, dan stabilitas pasar keuangan global, menciptakan tantangan tambahan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Tantangan Ekonomi Domestik
Tantangan ekonomi di tingkat domestik memainkan peran krusial dalam menggambarkan prospek pertumbuhan Indonesia di tahun 2024. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang semakin mengandalkan faktor domestik menjadi fokus utama. Momentum pertumbuhan ekonomi di Indonesia diproyeksikan akan lebih tergantung pada faktor-faktor internal karena adanya estimasi perlambatan permintaan global di tahun 2024. Meskipun pengeluaran fiskal tinggi selama periode pemilihan umum dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, kekhawatiran terkait berlanjutnya pengeluaran fiskal sepanjang tahun dapat memperlambat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di tahun tersebut.
Kedua, kebijakan moneter yang bersifat kondusif menjadi perhatian berikutnya. Stabilitas inflasi domestik dan meredanya tekanan pasar keuangan di Indonesia membuka peluang untuk kebijakan moneter yang lebih longgar pada tahun 2024. Meskipun demikian, ketidakpastian terkait suku bunga global yang fluktuatif tetap menjadi faktor yang membuat Bank Indonesia berada dalam kewaspadaan. Diperkirakan Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga acuan (BI7-DRR) sebesar 50-75 basis poin pada tahun 2024, bergantung pada kebijakan dovish yang diambil oleh Federal Reserve Amerika Serikat.
Tantangan ketiga terletak pada sektor perdagangan dan investasi. Meskipun Indonesia berhasil mempertahankan surplus perdagangan, proyeksi harga komoditas yang tinggi, pertumbuhan permintaan domestik yang kuat, dan kinerja investasi yang tangguh dapat menyebabkan neraca transaksi berjalan tetap defisit sebesar 0,5 persen dari PDB pada tahun mendatang.
Selain itu, konsumsi domestik menjadi faktor penting dalam dinamika ekonomi Indonesia. Evaluasi konsumsi domestik pascakenaikan harga bahan bakar pada tahun 2022 menunjukkan pemulihan yang signifikan pada pertengahan tahun 2023. Stabilitas harga dan peningkatan impor barang konsumsi dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) memfasilitasi pemulihan ini. Dengan mempertahankan stabilitas harga dan menanggulangi tantangan impor barang konsumsi, Indonesia dapat menjaga keberlanjutan pemulihan konsumsi domestik.
Terakhir, ketergantungan pada pasar ekspor untuk pertumbuhan ekonomi merupakan dinamika yang perlu diperhatikan. Meskipun Indonesia telah lama mengandalkan pasar ekspor sebagai pendorong pertumbuhan, penurunan harga komoditas telah memengaruhi terms of trade. Diversifikasi ekspor menjadi strategi yang semakin penting untuk mengurangi ketergantungan pada satu sektor. Perubahan paradigma ini akan memiliki dampak besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, membuka jalan menuju keberlanjutan dan ketahanan ekonomi di masa depan.
Peran Kebijakan Fiskal
Peran kebijakan fiskal dalam konteks Indonesia memiliki dimensi yang sangat penting dalam mengarahkan pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas. Dalam mencapai tujuan tersebut, kebijakan fiskal dapat diarahkan untuk beberapa tujuan vital.
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi. Kebijakan fiskal yang bersifat ekspansif, seperti peningkatan pengeluaran pemerintah, dapat memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks ini, peningkatan pengeluaran fiskal di tengah periode pemilihan umum diharapkan dapat memberikan momentum positif, mendorong pertumbuhan PDB mencapai 5 persen (year-on-year/yoy) pada tahun 2024.
Menstabilkan Inflasi. Kebijakan fiskal yang tepat dapat membantu menjaga inflasi tetap stabil. Inflasi domestik yang relatif stabil dan tekanan yang berkurang pada pasar keuangan Indonesia dapat memberikan landasan bagi Bank Indonesia untuk mengadopsi kebijakan moneter yang lebih longgar pada tahun 2024, seiring dengan tujuan menjaga stabilitas harga.