“Program pertama adalah Desa Pangan Aman, di mana kami akan meminta tiga nama desa untuk diintervensi. Dari tiga desa ini, satu di antaranya adalah desa stunting yang akan kami intervensi dan lakukan bimbingan teknis, sehingga kami berharap desa ini juga dapat menjadi contoh bagi desa-desalainnya,” ujarnya.

Lebih lanjut, program ini akan dilombakan secara nasional. Di Tanjabbar, Desa Purwodadi telah diintervensi sejak tahun 2016, dan kami memiliki platform yang dapat dimanfaatkan untuk perlombaan.

“Program kedua adalah Pasar Aman. Oleh karena itu, kami mengundang Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk hadir, karena kami akan memeriksa pasar dari bahan berbahaya. Selain menjaga kebersihan, kami juga akan menyediakan posko bagi masyarakat untuk melaporkan jika ada kecurigaan terhadap makanan berbahan berbahaya,” tambahnya.

“Program ketiga adalah Pangan Jajanan Anak Sekolah. Kami meminta Kepala Dinas Pendidikan untuk menyediakan delapan sekolah untuk kami intervensi. Itulah tiga program nasional yang pertama. Selanjutnya, kami juga mengalokasikan Dana Alokasi Khusus setiap tahunnya untuk Kabupaten Tanjung Jabung Barat,” jelasnya.

Dalam penutupan sambutannya, ia berharap ada peningkatan dalam efektivitas pengawasan obat dan makanan di Tanjabbar. Evaluasi program-program di Tanjabbar menunjukkan hasil yang baik.

“Kami berharap peran kami di Tanjab Barat ini dapat dimaksimalkan, baik dalam pengawasan obat maupun makanan,” tutupnya.

Hadiri dalam pertemuan tersebut adalah PJ Sekretaris Daerah Tanjabbar, Kepala Balai POM, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP), serta tamu undangan lainnya. (Adv)