WARTALIKA.id – “Siapa sangka, dua kata sederhana, ‘Ani dan Budi‘, mampu mengubah lanskap pendidikan di Indonesia? Di balik sajak anak-anak yang sering kita hafal itu, tersimpan kisah inspiratif seorang guru besar bernama Siti Rahmani Rauf. Dengan metode inovatifnya, beliau berhasil menumbuhkan minat baca pada jutaan anak Indonesia.”

Mulai Tahun Baru dengan menghormati sang Legenda,

Di tengah hiruk pikuk dunia digital, ada satu nama yang tak pernah lekang oleh waktu: Ibu Siti Rahmani Rauf. Beliau adalah sosok di balik sajak “Ani dan Budi” yang telah menjadi bagian dari masa kecil kita. Melalui kata-kata sederhana, beliau telah menanamkan benih kecintaan terhadap membaca pada generasi muda Indonesia.

Tahukah kamu siapa sosok di balik sajak “Ani dan Budi” yang menemani masa kecilmu? Beliau adalah Ibu Siti Rahmani Rauf, seorang guru besar yang telah memberikan kontribusi luar biasa pada pendidikan di Indonesia.

Berkat kreativitas beliau, jutaan anak Indonesia, khususnya generasi 60-90an, berhasil mengenal dunia membaca dan menulis. Sajak sederhana tentang Ani dan Budi menjadi pintu gerbang bagi kita semua untuk menjelajahi dunia literasi.
Mari kita sama-sama mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Rahmani Rauf atas dedikasinya. Beliau adalah contoh nyata seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang patut kita teladani.

Seorang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang sebenarnya

Sudah seharusnya kita para pelajar angkatan tahun 1960-1990 sangat perlu berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada sosok ibu Siti Rahmani Rauf karena dari beliaulah kita dan jutaan anak Indonesia bisa membaca dan menulis.

Ia adalah pencipta sajak “Ani dan Budi” yang sering muncul pada pelajaran Bahasa Indonesia. Nama Ani dan Budi kerap menjadi contoh saat pelajaran membaca. Guru biasanya mendikte di depan kelas sambil mengajak murid-muridnya mengeja “I-ni Bu-di, I-ni I-bu Bu-di” atau “I-ni A-ni, I-ni I-bu A-ni”.

Siti Rahmani dilahirkan di Sumatera Barat pada 5 Juni 1919. Ia menjadi guru di tanah kelahirannya mulai tahun 1938 hingga 1953. Kemudian, pada tahun 1954, ia pindah ke Jakarta bersama suami dan keenam anak-anaknya hingga masa tuanya.

Sajak buatannya berjudul “Ani dan Budi” dijadikan sebagai contoh bagi para pelajar sekolah dasar angkatan tahun 1960-1990-an untuk belajar membaca. Melalui sajaknya, Siti Rahmani mengenalkan metode membaca Struktur Analitik Sintetik (SAS).

Hampir semua sekolah di Indonesia menggunakan pedoman itu. Metode ini bahkan masih populer sampai sekarang.
Siti Rahmani pun menerbitkan buku berjudul Ini Ibu Budi atas permintaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Akan tetapi, Siti Rahmani menolak menerima honor dari buku terbitannya.

Alasannya, ia cinta dunia pendidikan. Terlebih lagi, ia lebih mengutamakan agama dibanding materi. Ia hanya memiliki satu keinginan, yaitu berangkat haji.