WARTALIKA.id – Hari Santri Nasional yang diperingati setiap 22 Oktober justru lahir dari Banten. Inilah sosok tokoh inspiratif bagi generai Z, generasi milenial hingga generasi kolonial di Banten yaitu Syaikhuna al-Kirom KH Matin Syarkowi mengagasan awal Hari Santri.

Sosok KH Matin Syarkowi bagi kaum muda khususnya di Banten tentu sudah tidak asing lagi mendengar nama beliau baik dari kalangan santri, aktivis, jurnalis, pegiat lingkungan, pemuda hingga tokoh lintas iman bahkan pegiat sosial media.

Apa Itu Santri

Apa itu santri? Pastinya sudah tidak asing lagi dengan istilah santri. Saya ingin berbagi pengalaman ketika saya menjadi santri di Pondok Pesantren Al Bayan. Santri adalah sebutan orang yang tinggal di pondok pesantren yang tengah mempelajari berbagai ilmu agama dengan para kiai.  Sebutan santri tidak hanya ditujukan kepada yang mondok saja, tetapi juga ditujukan kepada siapapun yang berakhlak seperti santri. Sebutan bagi santri laki-laki yaitu santriwan dan bagi santri perempuan yaitu santriwati.

”SPACEIKLAN”

Santri juga merupakan elemen pokok dalam berkembangnya pondok pesantren. Santri itu tidak  hanya mengaji, ada juga kegiatan seperti khitobah, madrasah diniyah, pidato, ubudiyah praktik teori fikih, kegiatan musyawarah dan masih banyak lagi. Metode pembelajaran setiap pondok juga berbeda-beda, tergantung pondok itu termasuk pondok salaf atau modern. Pondok Al Bayan termasuk pondok salaf dan modern yang mempelajari quran dan beberapa kitab diantaranya Nahwu, Shorof, Alala, Syifaul Jinan, Mabadi Fikih, Jurumiyah, Imriti dan masih banyak lagi. Jadi begitu sekilas pengetahuan saya tentang santri.

Kalian penasaran gak sih sama kehidupan di pesantren? Saya dulu tidak berkeinginan untuk mondok, tetapi saya juga berpikir bahwa berpendidikan tidak harus tentang umum saja, tetapi harus belajar ilmu agama kelak menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dan sekitarnya.

Saya memantapkan niat, siap menghadapi segala persoalan dan harus rela jauh dari orang tua serta meninggalkan sanak saudara demi tercapainya cita-cita dan membanggakan kedua orang tua. Jadi gini, Saya pernah mondok di Yayasan Al Bayan kurang lebih 10 tahun. Pada saat itu santrinya belum sebanyak seperti sekarang. Dulu posisi saya masih menjadi santri baru yang masih perlu bimbingan. Jadi diawal saya mondok bingung, takut karena belum punya teman.

Dengan seiringnya waktu, tentunya saya memiliki banyak teman, pola hidup yang tertata dan menambah wawasan. Di pesantren itu ada beberapa kamar yang setiap kamarnya dibuat kepengurusan seperti ketua, wakil, bendahara, sekretaris dan seksi-seksi. Santri itu harus bangun sebelum shubuh dan pastinya belum menjadi kebiasaan bangun lebih awal dari biasanya.

Saya mencoba untuk membiasakannya yang awalnya terpaksa menjadi terbiasa. Biasanya sebelum shubuh itu salat sunah tahajud sembari menunggu adzan shubuh. Salat shubuh, zikir dan tadarus Quran. Ada juga santri tahfiz yang harus menyetorkan hafalannya kepada pengajarnya dan ada juga santri yang mengaji tetapi hanya membaca Quran saja.

Nah Setelahnya turun untuk ngantri mandi sembari bercanda menunggu giliran. Misalkan ada yang dapat piket diselesaikan dulu . Jadi dipondok itu ada piket harian dan mingguan yang dibagi menjadi beberapa kelompok tetapi dipilih secara acak. Oh iya, Mandi saja harus ngantri? Hehe iya memang harus ngantri, karena santri itu apapun harus mengantri dan hidup bersama dalam satu atap seperti halnya keluarga sendiri. Nah kemudian bersiap dan bergegas untuk berangkat sekolah masuk kelas karena sekolah tidak keluar pondok.